Translate to : English French German Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Chinese Simplified

Disindir, Tidak Berasa atau Pura-Pura Tidak Tahu ?

Sabtu, 28 Agustus 2010

Bagi Anda yang sering membaca blog saya atau tulisan saya di SWIPE, jika jeli pasti bisa melihat ada kalanya saya menulis dengan gaya sindiran kepada "manusia-manusia tidak tahu diri".
Beberapa teman ada yang berkata kepada saya kira-kira begini " tajam sekali sindirannya dan yang disindir pasti merasakan hal yang tidak menyenangkan"

Tapi yang anehnya manusia yang saya sindir tersebut kelakuannya masih tetap saja. Saya mengambil kesimpulan ada 3 hal yaitu:

  • Manusia tersebut tidak merasa disindir, karena saya tidak menyebut nama secara nyata. Mungkin dipikir itu untuk orang lain dan bukan untuk dia.
  • Manusia itu tahu kalau disindir, tapi diam saja, tidak berani beradu argumen. Jika dia bertanya kenapa disindir, saya sudah mempunyai jawaban yang sangat elegan dan pasti membuat dia malu. Jika dalam permainan catur diistilahkan skak ster. Jawaban itu tidak perlu saya ungkapkan di artikel ini.
  • Manusia ini "buta huruf", atau buta permanen ?,tidak bisa membaca atau tidak mengerti apa yang saya tulis. Kasihan sekali ya.

Ada teman yang bertanya kenapa saya harus menyindir manusia-manusia itu. Ya saya merasa tingkah laku mereka tidak tepat. Banyak hal yang mereka lakukan membuat saya merasa "eneg" sehingga hanya melalui tulisan saya beraksi. Siapa tahu mereka akan berubah. Jika masih tidak berubah, ya kita doakan saja semoga dia sadar. Kalau masih juga belum berubah.... ya capek dehhhh.... buang saja ke laut. Meminjam istilah anak gaul.

Sebagai penulis dengan spesial true story yang ada di sekitar saya, maka saya akan terus bersikap kritis dan terus menulis dengan nada sindiran. Karena saya mengikuti peribahasa saat kita SD dulu, "maju terus pantang mundur, membela yang benar" Apakah Anda mau mendukung saya untuk memberantas manusia-manusia yang sewenang-wenang tersebut ? Hari nurani Anda yang akan menjawabnya.

Jangan Anggap Remeh Orang Lain.

Sejak November 2009 saya telah mempunyai blog yang dibuatkan oleh seorang teman , Yanto Susilo. Lalu pada malam hari dengan bangganya saya bercerita kepada anak pertama saya Darren ( saat itu 12 tahun). Namun apa yang dikatakan oleh Darren ," aku sudah mempunyai blog sejak awal 2009 dan itu aku buat sendiri". Waduh betapa malunya saya karena ternyata anak saya jauh lebih menguasai IT dan bisa membuat blog secara otodidak.

Selama ini saya tidak pernah mengetahui kalau Darren sangat mahir mengutak-atik program PC. Saya berpikir hanya bermain game atau facebook saja. Bahkan Darren juga merencanakan akan membuat website. Waduuhhh. Kisah sederhana ini mengajarkan kita agar jangan menganggap remeh orang lain. Seseorang yang kita remehkan karena tidak bisa mengerjakan hal tertentu, pastilah mempunyai keahlian dibidang lain.

Saya sendiri mempunyai pengalaman yang tidak menyenangkan. Beberapa waktu lalu saya pernah diremehkan oleh seseorang yang mengatakan kalau artikel yang saya buat sangat jelek. Orang tersebut sebut saja si W menyuruh agency saja untuk mengerjakan artikel tersebut. Ya saya hanya diam saja. Akhirnya agency favorit si W mengerjakan artikel tersebut. Tapi ternyata apa yang dikerjakan agency tidak lebih baik dari hasil karya saya. Akhirnya si agency menyerah dan mengembalikan pekerjaan membuat artikel tersebut ke saya. Apakah si W merasa malu atau cuek saja ? Apakah si W mau menjilat ludahnya sendiri? Sudah meremehkan saya, akhirnya mengembalikan pekerjaan tersebut.

Apa makna yang dapat ditarik ? Setiap orang pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan. Tidak ada seorang manusiapun yang sempurna. Maka harus diingat sebaiknya Anda tidak meremehkan orang lain, karena belum tentu Anda bisa mengerjakannya lebih baik, walau sudah dibantu pihak lain.

Kembali ke contoh anak saya Darren, sejak mengetahui mempunyai banyak kelebihan di bidang IT, maka jika saya ingin bertanya tentang blog dan web bisa melalui Darren. Saya tidak bisa meremehkan seorang anak kecil karena dia mempunyai kemampuan yang tidak saya miliki.
Sekarang kembali kepada diri Anda masing-masing, apakah masih mau meremehkan orang lain ?

profile

Kamis, 26 Agustus 2010

Timoteus Talip dilahirkan di sebuah kota kecil yaitu Teluk Betung, Bandar Lampung pada November 1966. Merupakan anak pertama dari 5 bersaudara. Masa SD sampai SMP ditempuh di Xaverius Teluk Betung, sedangkan SMA di Xaverius Tanjung Karang. Tahun 1985 penulis melanjutkan kuliahnya di Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara Jakarta dan lulus tahun 1989. Saat ini Talip, begitu biasa ia dipanggil, bekerja di salah satu bank swasta ternama di Jakarta.

Kelihaiannya dalam merangkai kata mengantarkannya menjadi juara pada beberapa kali lomba karya tulis internal di kantornya. Selain itu ia juga dipercaya sebagai pemimpin redaksi majalah internal di tempatnya bekerja saat ini.

Kegiatan membaca dan menulis tak lepas dari kehidupan Talip. Jaringan persahabatannya dengan beberapa penulis buku terkemuka mendorongnya untuk menulis buku hingga akhirnya dua buku telah dilahirkannya.

Buku pertamanya berjudul Basmi Manipulasi Manajemen, Kiat Menghadapi Bos Yang Kagak-kagak Agar Menjadi Bos Yang Kuhormati & Kucintai. Sedangkan buku ke dua berjudul "Lorong Gelap yang Kutinggalkan, Jangan Tiru Kisah Hidupku yang Kelam" Saat ini Talip sedang menyelesaikan bukunya yang ke tiga. Semoga semua berjalan lancar dan akhir tahun 2010 sudah bisa diterbitkan.

Sebagai ungkapan rasa syukurnya, semua royalti yang diterima akan disumbangkan untuk kegiatan sosial. Walau sedikit, tapi membawa kebahagiaan untuk dirinya karena bisa berbagi kebahagiaan dengan orang lain. Bahkan penulis telah berkaul, jika nantinya mengeluarkan buku-buku lagi, maka semua royaltinya tidak akan diterima dan akan disumbangkan. Ini terkait dengan pandangan hidupnya bahwa kebahagiaan dan kesuksesan dirinya tidak semata-mata diukur dengan uang maupun materi, tapi ada hal-hal lain yang lebih mulia.

Talip menikah dengan Renata Yuyun dan di karuniakan “sepasang permata kecil” yaitu Blasius Darren Jeffian ( Jun 1997) dan Bernadetha Odetta Jeffin (Desember 2000). Mereka bertiga menjadikan hari-harinya begitu indah dan menjadi inspirasi dalam hidupnya.

Kreatif Membawa Kesuksesan

Di dalam perjalanan hidup. Tidak semua berlangsung dengan lancar. Ada orang-orang yang kurang beruntung dibanding kita. Namun diantara yang kurang beruntung tersebut banyak yang mau berjuang mengatasi kekurangannya. Ini yang membuat saya kagum. Pagi ini ada seorang teman bercerita selama bulan puasa, pembantu rumah tangganya mempunyai bisnis sampingan. Wah keren juga masa sih PRT bisa mempunyai bisnis sampingan. Begini ceritanya. Setiap pagi PRT di kostnya memasak untuk sahur dan dia juga menawarkan kepada penghuni kost baik yang puasa ataupun tidak untuk membeli masakannya. Ternyata hampir seluruh penghuni kost memanfaatkan jasanya sehingga ia mendapat pendapatan yang lumayan. Sekalian bekerja bisa mendapat untung. Idenya ini patut diacungi jempol dimana dia bisa memaksimalkan peluang. Sebenarnya jika kita mau berusaha memanfaatkan setiap peluang maka saya yakin Anda juga akan lebih berhasil dari sekarang. Kadangkala kreativitas juga diperlukan untuk mempercepat hasilnya.

Seorang teman yang tidak mempunyai latar belakang pendidikan komputer tapi mempunyai hobby mengutak-atik program, belajar secara otodidak dan akhirnya menjadi seseorang yang cukup ahli di bidang IT. Dengan kreativitasnya ada beberapa institusi tertarik menggunakan jasanya untuk membuat blog/web. Suatu waktu teman tersebut bisa saja menjadi profesional di bidang tersebut bahkan mendirikan perusahaan berbasis IT. Ini semua berkat kreativitasnya. Nah Anda semua yang ingin lebih maju dari sekarang mulailah mengasa kreativitas Anda. Selamat mencoba.

Sudah Ditolong Malah Menyusahkan Kita

Selasa, 24 Agustus 2010

Seorang teman berkeluh kesah kepada saya. Ini cuplikannya.
”Saya sebel banget sama si Frits, sudah di bantuin pesan barang, eh bayarnya nanti-nanti dulu. Padahal supliernya nagih ke saya karena tahunya saya yang pesan”
Mungkin Anda juga pernah mengalami hal seperti itu, dimana Anda diminta tolong oleh seseorang, setelah dibantu tapi bukannya ucapan terima kasih malah merepotkan Anda. Ya inilah romantika kehidupan. Memang banyak orang disekitar kita yang tidak tahu diri dan tidak peduli dengan bantuan orang lain. Nah jika Anda menghadapi orang seperti itu apa yang Anda lakukan ?


Bersikap pasrah dan mendoakan dia agar segera bertobat karena kelakuannya merugikan orang banyak.
Jika suatu hari diminta bantuan oleh dia atau orang-orang bertipe sejenis ini, sebaiknya berhati-hati karena Anda yang akan menanggung resikonya.
Minta orang lain agar menasehati orang-orang tipe seperti ini, karena perbuatannya akan merugikan orang lain.

Ada lagi kisah orang yang tidak tahu diri. Mungkin orang seperti ini banyak di lingkungan sekitar kita. Orang ini adalah orang yang sukanya meminta tapi tidak pernah memberi. Jika orang ini akan datang ke tempat Anda, selalu mencari makanan atau meminta ini itu, tapi ketika kita bertanya sekali-sekali beli dong, bawa dong makanan kalau ke sini, maka dia diam, langsung pergi. Tapi esoknya akan mengulangi kelakukannya.

Memang susah menghadapai orang seperti ini, yang hidupnya seperti parasit. Saya mempunyai strategi untuk menghadapi orang seperti ini yaitu dengan menyembunyikan makanan jika dia datang ke tempat saya . Terpikir juga sebuah ide untuk menyediakan kotak sumbangan di dekat makanan. Sehingga saat dia mau mengambil makanan akan melihat kotak sumbangan tersebut. Alangkah malunya jika melihat kotak sumbangan tapi tidak mengisinya setelah mengambil makanannya.
Jadi dalam kehidupan ini sebaiknya kita tidak menjadi parasit, merugikan orang lain, tidak tahu berterima kasih. Karena saya yakin jika masalah ini menimpa Anda, pasti akan membuat Anda tidak senang. Ayo bersikap sportif.

Tertantang Menjadi Achiever

Minggu, 22 Agustus 2010

Minggu 22 Agustus 2010 saya mengikuti talk show gratis di Gramedia Plaza Semanggi dengan pembicara Haryanto Kandani seorang Achievement Motivator sekaligus penulis buku best seller "The Achiever".

Talk show yang berlangsung 1 jam tersebut sangat besar manfaatnya. Beliau membedah isi bukunya yang benar-benar akan membuat setiap orang yang membacanya akan menjadi achiever atau menjadi pribadi yang selalu ingin mencapai lebih dan berprestasi. Salah satu hal yang menarik dari talk show tersebut adalah untuk memperoleh kesuksesan harus ada harga yang dibayar.

Ingin sukses harus siap meninggalkan zona nyaman kita. Kadang kita melihat betapa enaknya seorang pembicara yang tampil 1-2 jam tapi dibayar sangat mahal. Tapi tahukah Anda bagaimana perjuangannya sehingga mencapai itu. Banyak harga yang harus dibayar seperti mengikuti seminar, training, membaca buku, belajar dari orang yang telah suskes dan sebagainya. Semua itu perlu proses. Contoh paling sederhana adalah saya sendiri dalam hal bermain pingpong. Saya cukup berlatih 1 kali seminggu karena itu kepintaran saya biasa-biasa saja. Namun ada seorang teman yang giat berlatih bersama saya, selain itu juga berlatih di klub dekat rumahnya serta sering mengikuti pertandingan. Teman tersebut berkali-kali menjadi juara pingpong BCA .

Ada harga yang harus dibayar teman tersebut seperti menyewa pelatih, membayar biaya pertandingan, menghabiskan waktu untuk latihan dan lain-lain. Cerita nyata tersebut sengaja saya tampilkan agar kita semua jika ingin menjadi achiever harus melalui perjuangan berat. Ingat harga kesuksesan itu mahal, tapi jauh lebih mahal harga sebuah kegagalan. Saya sendiri kagum dengan mereka yang telah berhasil melalui proses yang panjang, berliku dan sekarang menuju kesuksesan. Siapapun Anda pasti tertantang untuk menjadi achiever tak terkecuali saya. Saat ini saya sedang menyiapkan buku ke tiga. Banyak harga yang harus saya bayar untuk mewujudkannya. Harga di sini tidak berupa materi saja tapi lebih ke arah waktu. Setiap malam saya menulis dan menulis. Setiap week end saya manfaatkan waktu untuk terus menyempurnakan tulisan tersebut. Apalagi setelah mendapat pencerahan dari Haryanto Kandani yang banyak membakar semangat saya, maka saya bertekad harus lebih cepat menyelesaikan buku tersebut. Kata-kata bijak dari beliau, jika kita ingin menjadi penulis, jangan bermimpi bisa menulis buku setebal ratusan halaman, tapi mulailah dengan menulis selembar dulu.

Masih banyak hal menarik lainnya dari beliau dan untuk Anda yang ingin mendengar talk show Haryanto Kandani secara gratis, masih ada kesempatan di Gramedia Pluit Village, Sabtu 28 Agustus 2010 dan Gramedia Bintaro, Minggu 29 Agustus 2010. Datang dan buktikan kehebatan motivasi beliau dan jangan lupa membaca buku The Achiever dan bersiaplah Anda untuk meraih kesuksesan.

Kaya Tetapi Tidak Sombong

Sabtu, 21 Agustus 2010

Saya ingin menceritakan kisah seorang sahabat saya yang saat ini berada di Benua Australia yaitu Edo Kusnadi. Edo, biasa dipanggil pernah bersama-sama bekerja di UBC di tahun 2007 - 2008, lalu dia melanjutkan kuliah S2nya.

Siapa si yang tidak tahu Edo ? Ayahnya seorang petinggi di sebuah bank terbesar di Indonesia. Hal yang paling berkesan bagi saya adalah Edo tidak sombong dan mau bergaul dengan siapa saja. Ini terbukti hampir setiap sore di kantor, kami bermain table soccer dengan office boy dan karyawan outsource. Ini yang sangat unik, dimana seorang Edo dalam bergaul tidak memandang kasta dan mau membaur. Begitu juga saat makan siang, kadang Edo ikut kami makan di "food court" Genteng Ijo. Sebuah lokasi tempat makan yang merakyat. Bandingkan dengan seorang teman, yang "sok kaya" padahal kartu kreditnya banyak hutang, di kejar debt collector. Ke kantor saja cuma diantar mobil biasa-biasa saja, tapi lagunya seperti anak konglomerat. Makan siangpun tidak mau di pinggir jalan, selalu di resto. Tidak jelas siapa yang bayarin atau dari mana uang untuk membayar biaya kehidupannya yang sok mewah.

Demi etika, saya tidak perlu menyebutkan nama maupun initial teman tersebut. Kadang kala saya juga melihat adanya karyawan tetap dengan level masih rendah, tapi tingkah lakunya seperti bos besar, sewenang-wenang memerintah staff outsource, driver maupun office boy. Saya merenung, bagaimana suatu waktu dia menjadi seorang boss ? Masih kroco saja sudah begitu. Mungkin dia perlu membaca buku "Basmi Manipulasi Manajemen".

Kembali kepada Edo, saya tahu sikap rendah hati, mau bergaul dengan siapa saja itu merupakan cerminan orang yang menjunjung tinggi arti kebersamaan. Semua sifat itu tidak muncul dengan tiba-tiba karena itu harus melalui proses sejak dini. Bimbingan orang tua menjadi faktor utama, selain guru, lingkungan dan masyarakat. Saya membayangkan jika orang-orang kaya tapi tidak sombong, tentulah kehidupan ini akan semakin menarik. Melalui tulisan singkat ini, mudah-mudahan ada yang memforward atau menginformasikan kepada mereka yang "biasa-biasa saja" tapi lagaknya sombong banget, sehingga orang-orang jenis tersebut menjadi malu. Syukur-syukur mereka akan mengubah kelakuannya. Untuk sahabat saya Edo, terima kasih atas persahabatan selama ini dan apa yang ditunjukkan oleh Anda akan menjadi inspirasi saya dalam memandang arti kehidupan.

Menemukan"Dunia" yang Hilang

Bagi kebanyakan orang hari Sabtu adalah hari libur, hari untuk bangun siang, hari untuk malas-malasan. Tapi bagi saya Sabtu itu seperti hari biasa, bangun jam 5.00 dan jam 6.00 sudah berangkat menuju Senayan. Untuk apa pagi-pagi saya ke Senayan ? Ya untuk berlatih pingpong dengan teman-teman plus pelatih kami. Saya begitu semangat untuk berlatih pingpong, mengalahkan rasa ngantuk, malas dan sebagainya. Kenapa ? Ya saya menemukan dunia saya yang hilang. Dunia apa ? Dunia kegembiraan bermain pingpong. Saya bermain pingpong sejak kelas 2 SD sampai kelas 6 SD dan itu sudah lebih dari 30 tahun silam.

Saat kecil saya memang suka sekali bermain pingpong, bahkan mempunyai meja pingpong di rumah orang tua saya. Seiring dengan berlalunya waktu, maka pingpong saya tinggalkan dan saya beralih ke olah raga lainnya seperti renang, basket, volley, bulu tangkis dan tennis. Di tahun 2007 saat ada pertandingan pingpong antar Divisi Kantor Pusat, saya dipaksa memperbuat team UBC. Walau sudah lama tidak bermain pingpong, dengan mengandalkan sisa-sisa ilmu , saya bermain sebisanya. Lumayan akhirnya team UBC meraih juara ke 3. Sejak itu saya merasa terpanggil untuk bermain dan berlatih pingpong. Hampir tiap sore kami bermain di lobby UBC saat di Wisma 46 Kota BNI lantai 10. Tapi hanya 3 bulan saja kegiatan itu berlangsung karena semangat teman-teman menurun dan kami juga pindah gedung. Sekarang kegiatan tersebut saya lakukan di Senayan, setiap hari Sabtu jam 8.00 sampai 10.00 Apa yang ingin saya sampaikan sehubungan dengan judul di atas ? Sebagai manusia pembelajar sudah sepantasnya kita menekuni apa yang menjadi hobby kita, karena dengan menekuni hobby tersebut akan banyak manfaat positif yang di raih. Seperti saya yang menggemari pingpong, maka saya rela mengalahkan rasa malas selain itu saya akan merasakan manfaat lain yaitu tubuh menjadi bugar setelah berolah raga.

Dengan menekuni hobby maka kita juga bisa belajar kedisiplinan. Artinya kita harus disiplin dan tepat waktu tiba di lapangan. Juga harus mengikuti instruksi pelatih agar kita bisa meningkatkan permainan. Kesabaran saya juga diuji , karena tidak mungkin ilmu saya tiba-tiba bisa melonjak, jadi harus step by step. Sekarang coba Anda merenung, hal apa yang dulu pernah begitu Anda gemari dan sekarang telah Anda tinggalkan. Jika hal tersebut bermanfaat dan bisa membawa semangat Anda, kenapa tidak mengulangnya sehingga Andapun bisa menemukan dunia yang hilang. Dengan belajar dari hal sederhana setidaknya kita bisa menerapkannya di pekerjaan kita masing-masing. Jika kita setia, tekun, disiplin, sabar mengerjakan semua tugas yang menjadi tanggung jawab kita, niscaya keberhasilan akan menyertai.

Ditolak ? Jangan Putus Asa.

Kamis, 19 Agustus 2010

Pasti banyak yang sudah pernah membaca atau mendengar kisah Koloner Sanders ? Setelah mengalami penolakan puluhan kali akhirnya ada sebuah restoran yang menerima resepnya. Sekarang siapa yang tidak kenal dan tidak pernah menikmati Kentucky Fried Chicken ?. Kisah Kolonel Sanders bagi saya sangat menarik, karena saya yang baru satu kali ditolak sudah frustrasi. Bagaimana kisah itu selengkapnya ?

Awal tahun 2007 saya sudah selesai menulis buku pertama saya dengan judul Basmi Manipulasi Manajemen. Atas referensi penulis terkenal Adi W Gunawan, maka naskah tersebut saya kirim ke Gramedia. Setelah lima bulan tidak ada kabar, akhirnya saya mendapat berita buruk , naskah saya tidak bisa diterbitkan Gramedia karena isinya biasa saja. Saya berpikir apakah penolakan tersebut dikarneakan saya penulis pemula yang belum punya ”nama” ? Satu hal yang saya syukuri adalah saya bisa menahan kekecewaan tersebut dan tidak stress. Namun saya tidak berani mencoba lagi dan pupuslah cita-cita saya menjadi seorang penulis buku. Selama 2 tahun naskah tersebut menjadi penghuni setia di PC saya.

Di awal tahun 2009 seorang teman bertanya apakah ada teman saya yang mau karyanya di terbitkan. Ada sebuah percetakan besar yang telah mempunyai ijin penerbit tapi belum pernah menerbitkan buku. ”Lah kenapa tidak karya saya saja” seru saya kegirangan. Akhirnya teman tersebut mengenalkan saya dengan pemilik penerbit tersebut. Setelah berdiskusi dan rencana strategi pemasaran maka 3 bulan kemudian buku Basmi Manipulasi Manajemen terbit. Betapa bahagianya saya karena ”telor” itu berhasil saya pecahkan. Sebagai ungkapan syukur atas terbitnya buku tersebut maka semua royalty saya sumbangkan untuk tempat ibdah . Saya ingin sharing mengenai hal diatas :

  • Jika saat ditolak saya frustrasi dan naskah tersebut dihancurkan, maka selamanya tidak akan lahir seorang penulis bernama Timoteus Talip. Sebaiknya kita selalu berpikiran positif, kalau belum bisa kali ini, mungkin ada yang kurang. Jangan berputus asa, coba lagi dan yakinlah kalau suatu saat akan berhasil.
  • Kita harus banyak belajar dari orang-orang sukses. Di balik kesuksesan mereka sekarang pasti ada perjuangan yang berat dan terjal. Mereka berjuang pantang mundur demi mencapai keberhasilannya. Contoh sederhana yang dapat kita lihat dari para juara dunia olah raga. Bagaimana mereka berlatih keras, bertanding dari level terendah sampai akhirnya menjadi juara.
  • Dalam hidup ini kita harus selalu mengukur nilai tawar. Artinya jika nilai tawar kita lebih rendah, sebaiknya kita tidak terlalu berharap bisa mendapat partner yang besar. Ini yang sudah saya alami. Setelah sukses dengan buku pertama, maka nilai tawar saya sedikit meningkat. Dengan didukung oleh Darmadi Darmawangsa yang mengenalkan saya ke Elex Media Komputindo maka buku ke 2 saya akhirnya diterbitkan oleh Elex Media yang adalah Gramedia group. Jadi mulai saat ini jika tujuan Anda belum tercapai, jangan putus asa maju terus dan yakinlah kalau suatu saat akan menuai kesuksesan.

Bercanda itu Ada Waktunya

“ Ah kalau si Benny ikut makan, saya tidak jadi ikut” kata seorang teman
Saya heran dan bertanya kenapa ? “Si Benny itu norak banget, bercanda tidak tahu waktu dan tempat, mulutnya asal ngomong saja” lanjut teman tadi sambil menunjukkan mimik muka yang tidak suka. Saya yang serba bingung karena sudah berjanji dengan Benny untuk makan siang bersama. Terpaksa saya mereschedule acara makan siangnya agar teman tersebut tidak bertemu dengan Benny. Repot memang, karena ke duanya adalah teman saya.

Pernahkah Anda mengalami situasi seperti itu ?. Malas bergabung jika ada orang-orang seperti si Benny hadir di antara mereka ? Memang kadangkala ada orang yang tidak suka terhadap hal-hal bercanda yang tidak pantas. Apa yang seharusnya dilakukan agar situasi membaik ?

  • Minta orang lain untuk menasehati Benny agar bercandanya di kontrol karena tidak semua orang bisa menerimanya. Ajak bicara baik-baik agar Benny tidak tersinggung. Mungkin memang manusia yang bertipe seperti Benny ini adalah manusia yang ingin membuat suasana selalu ramai, ceria.
  • Jika Benny masih tetap bercanda yang tidak tepat, maka sang penengah harus dapat mengalihkan pembicaraan, menguasai keadaan agar tidak menambah kekesalan orang lain. Bagaimana jika Benny tidak berubah ? Ya konsekuensinya kehadirannya tidak disukai orang lain dan bisa dianggap public enemy. Sebagai manusia yang berakal budi, seharusnya Benny tahu dan tidak mengulangi hal yang menyebalkan banyak orang. Benny harus belajar menempatkan diri pada situasi-situasi tertentu dimana bercanda tidak diperlukan. Memang bercanda itu menyenangkan. Coba lihat anak kecil yang senang bercanda dan bermain bersama. Ya namanya anak kecil . Jika Anda tidak ingin dianggap sebagai anak kecil, sudah sepatutnya Anda bertindak lebih bijaksana. Jadi mulai sekarang jika ingin bercanda, silakan lihat waktu dan situasinya

Pengalaman Masa lalu Apakah Harus Selalu Diingat?

Senin, 16 Agustus 2010

Pengalaman masa lalu kadangkala membuat kita banyak belajar dan tidak ingin terjadi lagi di masa mendatang. Saya ingin berbagi cerita masa lalu saya.
Saya berasal dari keluarga besar, dimana di dalam rumah tinggal 2 keluarga yaitu orang tua saya dan keluarga adik ayah. Di tambah kakek - nenek. Anak orang tua saya ada 5 dan anak dari om saya juga 5 orang.
Sebagai keluarga besar dengan tingkat ekonomi biasa-biasa saja maka kami semua hampir tidak pernah menikmati jajan atau makan di restaurant. Satu-satunya hari yang ditunggu kami adalah Sabtu malam. Karena di hari itu keluarga kami menikmati makan enak. Tradisinya adalah makan nasi uduk dan ayam goreng yang di beli di sebuah warung tenda. Namun jangan dibayangkan kami bisa makan banyak. Sebungkus nasi uduk harus dibagi berdua, sepotong ayam goreng juga harus dibagi berdua. Sedih memang tapi harus disyukuri karena masih berkesempatan makan enak. Tapi ada hal positif yang saya dapatkan yaitu arti kebersamaan, saling berbagi dan rasa solidaritas yang tinggi.

Bagaimana dengan keadaan sekarang ? Bagaimana saya perlakukan hal yang sama terhadap anak saya?. Tentu saja saya tidak ingin mengulang masa lalu tersebut. Dengan penghasilan yang cukup, maka setiap minggu saya akan mengajak anak-anak makan di restaurant. Saya biarkan mereka memilih makanan apa saja yang mereka sukai, tidak membatasi jumlahnya, asal dihabiskan. Bahkan jika sanggup makan ayam goreng 4 potong sekaligus, saya perbolehkan. Kejadian puluhan tahun silam dimana saya hanya bisa menikmati setengah potong ayam goreng, tidak akan terulang kembali. Namun kadangkala saya berpikir apakah cara saya ini salah ? Saya ingin menyenangkan anak saya ?.

Setelah melalui perenungan panjang akhirnya saya melakukan beberapa tindakan untuk perbaikan antara lain: @ Saya akan membatasi makanan yang di pesan, mengatur porsinya. Selain untuk lebih disiplin juga agar gizinya seimbang. @ Jika ingin diajak makan enak, maka mereka harus menunjukkan sikap yang baik ataupun pelajaran yang baik. Jadi harus ada usaha untuk mendapatkan hasil yang enak. @ Saya mengajarkan mereka tentang makna hidup, berbagi dan bertenggang rasa. Sehingga mereka mengerti kenapa saya tidak menuruti apa yang mereka inginkan. Pada awalnya mereka sulit menerima perubahan tersebut. Namun dengan perlahan mereka akhirnya mengerti.

Saya akan terus mengajarkan mereka tentang arti perjuangan. Jika mereka dibiarkan manja, minta apa saja di ikuti, saya khawatir mereka tidak akan menjadi pejuang yang tangguh nantinya.Saya berharap jika besar nanti mereka akan menjadi pribadi yang mandiri, matang serta bertanggung jawab. Semoga pengalaman yang saya tuangkan disini bisa menjadi inspirasi bagi Anda.

Kehidupan itu Terus Berputar

Sabtu, 14 Agustus 2010

Juma,at siang saya bertemu dengan seorang teman yang saat ini sudah menjadi orang sukses dan mempunyai jabatan tinggi di BNI Card Center yaitu Dwi. "Salah satu alasan kenapa saya tidak berani pindah ke BNI Card Center karena pasti saya di suruh-suruh sama Ibu Dwi" kelakar saya.

Teringat saat saya pertama kali mengenal Dwi, di tahun 1997. Saat itu Dwi baru lulus kuliah, bekerja di BCA Card Center sebagai admin dan sekretaris Marketing Manager. Saya yang saat itu sudah menjadi officer sering minta bantuan Dwi untuk mengetrik surat, mencari file dan sebagainya. Ya karena Dwi admin Marketing dan memang itu bagian dari tugasnya. Seiring dengan bergulirnya waktu , dimana Dwi terus menunjukkan kerja yang baik maka pelan tapi pasti dia mendapat promosi. Terakhir di tahun 2007 dia mendapat kenaikan jabatan menjadi esselon 5. Karena kerjanya semakin baik, maka Agustus 2009, BNI Card Center membajak Dwi.

Sebagai ucapan terima kasih atas persahabatan selama ini, saya hanya bisa memberikan sebuah kenang-kenangan berupa buku karangan saya "Basmi Manipulasi Manajemen" yang sudah saya berikan kata-kata motivasi dan tentu saja tanda tangan saya. Untunglah selama bekerja saya tidak pernah bertindak semena-mena sehingga saat ini hubungan tetap baik. Jika hubungan kami tidak harmonis, maka saat bertemu Jumat siang , tentu saya akan merasa malu. Pelajaran apa yang dapat kita ambil ? Jawabannya hanya satu yaitu kehidupan itu terus berputar. Ada kalanya kita di atas, ada pula kita di bawah seperti roda yang berputar.

Coba Anda lihat di sekeliling, betapa banyaknya orang-orang yang saat ini lebih beruntung ( misal menjadi karyawan tetap, mempunyai jabatan) sering bersikap sewenang-wenang terhadap staffnya. Mereka sering membentak, menyuruh dengan seenaknya dan masih banyak lagi. Ya, mereka tidak sadar kalau jabatan itu tidak abadi. Orang yang pernah Anda tindas suatu waktu bisa menjadi orang penting atau bisa saja saudaranya mempunyai peranan atas apa yang Anda lakukan. Ambil contoh, mungkin suatu saat Anda ingin berbisnis atau menawarkan produk, kebetulan PIC atau pengambil keputusan adalah orang yang pernah Anda remehkan. Mungkin juga PIC tersebut adalah keluarga /teman/ relasi dari orang yang pernah Anda sakiti. Bisa saja kerjasama tersebut batal. Pesan moral adalah kita tidak boleh sombong atas jabatan kita, tidak boleh bersikap seenaknya karena suatu waktu kita butuh bantuan dari orang-orang tersebut. Kembali ke Dwi, walau sudah mempunyai jabatan tinggi, sikapnya tetap rendah hati dan mau bertemu dengan saya. Dan Dwi adalah bos YKK 2 alias Bos Yang Kuhormati dan Kucintai. Bagi yang belum membaca buku saya, tentu asing dengan istilah Boss YKK 1 dan Boss YKK 2. Maka dari itu belilah buku saya, karena semua royalty di sumbangkan. Terima kasih khusus kepada mereka yang sudah membeli buku saya.

3 in 1

Jum,at sore saya meeting dengan Niken dari Grasindo mengenai program kerjasama antara BCA dan Gramedia. Di akhir pembicaraan saya mengenalkan diri sebagai penulis dan buku ke 2 saya sedang dalam tahap cetak via Elex Media. Saya juga menceritakan kalau hobby mengumpulkan tanda tangan penulis buku dan foto bersamanya, untuk saya tempel di belakang buku tersebut. Tercatat sudah 26 penulis yang saya dapatkan tanda tangannya. Niken langsung mengundang saya untuk bertemu dengan Pak Raden yang akan mengadakan talk show di Gramedia Matraman. Pak Raden itu seorang tokoh yang banyak berperan saat film Unyil ditayangkan puluhan tahun silam. Pak Raden juga sudah menulis buku, makanya saya tidak menolak undangan Niken.

Sabtu jam 8.00 - 10.00 adalah saat saya berolah raga pingpong di Pintu V Senayan. Berhubung saya harus datang ke talk show maka berlatih pingpong saya lakukan hanya 1 jam saja. Tepat jam 10.00 saya sudah hadir di Gramedia Matraman. Ternyata sebelum bertemu Pak Raden, saya dikenalkan juga dengan seorang pengarang buku cerita anak-anak, Murti Bunanta. Kontan saya membeli bukunya, sebuah buku cerita anak-anak dengan judul "Putri Bunga Melur". Sayapun berkesempatan foto bersamanya dan minta tanda tangan di buku tersebut. Tak lama datanglah Pak Raden. Di usianya yang tidak mula lagi, beliau masih nampak gagah, dengan kumis khasnya dan suara yang masih sama saat masih memerankan tokoh Pak Raden. Nama aslinya Suyadi, dan buku karyanya berjudul "Gerhana", juga merupakan cerita anak. Saya berfoto dengannya dan mendapat tanda tangannya. Ternyata Pak Raden banyak penggemar, yang berebut minta foto bersamanya. Rupanya banyak yang kangen dengan suara Pak Raden di masa film Unyil. Saya membayangkan kapan ya saya akan di datangi para penggemar dan minta tanda tangan saya di buku karangan saya. Kejutan ke tiga adalah saya dikenalkan kepada store manager toko buku Gramedia Matraman, Sulaiman Budiman. ternyata dia penulis 2 buah buku. Langsung saya beli bukunya yang berjudul "Ubah Slogan Jadi Tindakan" lagi-lagi saya berfoto dengan penulis buku dan bukunya di tanda tangani. Selanjutnya saya berbincang hangat dengan Sulaiman. kebenaran kami sama-sama penulis buku, suka memberi motivasi, suka membaca sehingga klop. Beruntung saya bertemu Sulaiman, yang nantinya akan membantu mempromosikan buku saya di Gramedia Matraman khususnya saat telah terbit.

Itulah sebabnya kenapa judul tulisan ini adalah 3 in 1. Jadi dalam 1 jam saya mendapatkan mendapat tanda tangaan 3 penulis buku dan berfoto bersamanya. Sebuah kesempatan yang langka dan ini juga tidak direncanakan. Jika kemarin ketika bertemu Niken saya tidak mengenalkan diri sebagai penulis buku dan mempunyai hobby berburu tanda tangan maka hari ini sama seperti hari-hari lain. Memang kadangkala keberuntungan tidak selalu datang kepada kita. Namun jika kita meyakini dan serius akan apa yang ingin di capai, ditambah dengan kerja keras, kemauan yang kuat maka itu semua akan terjadi. Seperti saya yang terus bertekad untuk mendapatkan tanda tangan penulis, maka saya rela mengurangi jatah latihan pingpong, bergegas ke Gramedia Matraman dan menghabiskan sebagian waktu untuk mengejar tanda tangan. Ada kepuasan saat apa yang saya kejar itu mendatangkan hasil. Pelajaran lain yang saya terima hari ini adalah dengan semakin banyaknya kenalan maka suatu hari mereka dapat membantu kita untuk mewujudkan apa yang kita harapkan.

Percaya Diri tapi Harus Sesuai Kemampuan

Jumat, 13 Agustus 2010

Saat ini banyak orang-orang di sekitar kita yang sangat percaya diri. Banyak hal yang membuat mereka percaya diri, antara lain kepandaian berbicara, penampilan yang elegan, perlengkapan yang modern seperti blackberry, IPod serta segudang alasan lainnya.

Apakah itu salah ? Ya tidak sih. Tapi kadangkala gaya percaya diri orang-orang tersebut berlebihan dan lebih menunjukkan ingin memamerkan kehebatannya. Kenapa mereka cenderung bersikap seperti itu ? Menurut pengamatan saya adalah mereka ingin menutupi kekurangannya. Dengan bergaya percaya diri ( dalam bahasa gaul disebut pede) maka seolah kekurangannya terhapus. Kenapa saya tertarik mengangkat kisah ini ? Ada seorang teman kantor yang menurut pengamatan saya sangat luar biasa pede nya. Walaupun tampangnya jika diukur dengan skala 0-10 hanya berada di kisaran 4, tapi pede nya sangat luar biasa. Kepintarannya berbicara di depan wanita seolah menunjukkan dia sangat keren dan mudah menaklukkan wanita. Tapi apa yang terjadi ? Para wanita banyak yang meledek dan tidak menganggapnya. Herannya teman ini bukannya mengoreksi diri tapi makin saja bertambah gayanya. Hal positif dari dia adalah tidak marah saat dilecehkan orang-orang atas ke pede annya.

Nah apa yang harus kita lakukan untuk tetap pede tapi tidak ke pede an ?
Tataplah cermin. Jika tidak ada cermin, beli dulu, toh harganya tidak mahal. Seringlah bercermin dan pandanglah diri Anda baik-baik, apakah penampilan, wajah, postur tubuh dan sebagainya itu mendukung untuk pe de ? Jika mendukung, tidaklah perlu berlebihan. Karena orang lain yang melihat akan mengagumi Anda dan beruntunglah Anda yang dikarunia kelebihan tersebut. Namun jika sebaliknya, maka mulailah Anda berubah total. Jangan menggunakan postur, body untuk menunjukkan pede, tapi tunjukkan dengan hal lain seperti kepintaran, ketenangan, kebijaksanaan, kedewasaan dan sebagainya. Pasti orang akan lebih menghormati Anda.

Ambil secarik kertas putih dan pen. Duduk dan renungkan keseharian Anda. Lalu tulislah apa yang akan Anda ubah dari keseharian yang negatif tersebut. Buat komitmen tentang hal positif dan coba lakukan. Jika banyak hal positif yang ada di diri Anda otomatis pe de Anda akan meningkat dengan sendirinya dan tidak di buat-buat.

Banyak membaca dan belajar pada orang-orang yang sukses. Lihat mereka baik-baik. Mereka tidak perlu ke pede an. Orang lain yang akan melihat dan mengaguminya. Bahkan orang lain yang akan menghampiri tokoh sukses seperti minta tanda tangan di buku hasil karyanya, meminta pin bb nya, meng add face booknya dan sebagainya. Mereka tidak perlu memamerkan ke pede annya agar orang lain tertarik.

Dengan tips dari saya tersebut semoga akan sedikit banyak mengubah gaya orang-orang yang suka ”sok ke pede an” agar bersikap lebih bijaksana dan tunjukkan kalau Anda punya kemampuan yang akan membuat orang lain kagum.

Sikap Melayani yang Tidak Tulus

Siang tadi saat saya makan siang di kantin West Grand Indonesia ada peristiwa kecil yang unik. Saat kami memesan mie godog di sebuah kios, dilayani dengan ramahnya, dijelaskan harganya, isi masakannya dan sebagainya. Ya jadilah kami bertiga memesan mie godog. Beberapa lama pesanan kami datang. Seorang teman yang memesan mie godog dengan nasi bertanya mana nasinya. Si Bapak menjawab dengan ketusnya , ”ya nanti, satu-satu”. Kontan saja saya kaget melihat perubahan drastis. Saat kami memesan, dengan ramahnya dia melayani. Saat sudah deal, kog seperti itu jawabannya. Ternyata menurut seorang teman yang sudah beberapa kali membeli mie godog tersebut, memang sikap si Bapak seperti itu. ”Ya mie godognya enak sih, kalau tidak mana mungkin saya mau membelinya, soalnya pelayanannya tidak tulus” kata teman saya tersebut.

Tiba-tiba saya teringat akan pengalaman beberapa tahun lalu saat berada di Palembang. Ada restoran mie yang sangat terkenal. Bukanya hanya jam 17.00 sampai 21.00. Penjualnya sangat tidak ramah dan melayani dengan kejutekannya. Jika ada yang pesan lewat telpon maka tidak dilayani. Jika tidak sabar menunggu maka pembeli disuruh pulang saja dan tidak usah makan di restoran nya. Tapi herannya banyak orang yang rela antri untuk makan di sana.

Nah dari peristiwa di atas jelaslah para penjual tidak melayani dengan tulus. Tapi kenapa tetap saja ramai dan laku? Ya mungkin makanannya enak. Mungkin pula orang penasaran akan cerita kejutekannya dan ingin membuktikannya. Jika melihat dari strategi yang dijalankan bisa dikategorikan ’anti marketing”. Kenapa seperti itu? Dengan strategi tersebut, maka orang akan bertanya ada apa sih sebenarnya, mengundang orang untuk mencobanya. Ini pula yang terjadi dengan saya di mana saya telah mencoba makan di restoran Palembang dan mie godog kantin West.

Walau strategi tersebut baik, tapi sebaiknya tidak kita lakukan. Jika kita tidak melayani dengan tulus maka customer/teman/keluarga atau siapapun akan menilai negatif kita. Mereka akan mempunyai persepsi buruk tentang diri kita. Mungkin kali ini kita berhasil, tapi esok hari tidak ada yang tahu. Bisa saja mereka menceritakan kejelekkan kita dan membuat kepercayaan orang lain terhadap kita memudar.

Jadi jika kita melayani dengan tulus pastilah orang yang kita layaini akan senang dan mereka akan merekomendasikannya kepada orang lain.

Hari kasih Sayang untuk Kakek Nenek

Selasa, 10 Agustus 2010

Loh mulai kapan dan dimana ada hari kasih sayang untuk kakek nenek ? Dan dimana? Ini kejadian unik, dimana setiap hari Selasa di outlet restaurant D Cost Seafood yang bergantian menyelenggarakan Promosi Discount Sesuai Umur.
Jika hari Selasa maka akan banyak kakek nenek yang berusia diatas 75 tahun datang, ada yang dituntun anak cucunya, ada yang menggunakan tongkat bahkan ada yang dengan kursi roda.

Fenomena langka dan cukup menggelikan. Saya amati orang yang tua tua itu hanya makan sekadarnya dan tidak menikmatinya, ya jelaslah gigi sudah banyak yang tanggal, fisik melemah, perutpun tidak bisa diisi banyak.

Memang anak cucunya sangat tega menyeret para kakek nenek ke resto hanya untuk mendapatkan discount yang banyak. Bahkan kalau perlu dicari orang yang berusia 100 tahun agar bisa gratis. Oh teganya....Tiba-tiba saya teringat almarhum kakek saya yang meninggal 14 tahun lalu. kalau masih hidup usianya 92 tahun, woi discountnya 92 persen sehingga saya hanya bayar 8 persen dari nilai makanan. Betapa asyiknya.... Ah tapi mana mungkin.

Memang D Cost yang mengusung tag line "mutu bintang lima, harga kaki lima", sangat piawai berpromosi. Setiap ada outlet baru buka, selama 1 bulan setiap Rabu, bagi pemilik kartu kredit, bisa makan dan membayar sesukanya. Kadang ada orang yang tega membayar Rp 5000 perak saja atas makanan yang begitu banyak. Ya ini memang bagian dari promosi mereka. Setelah itu orang akan ingat pada D Cost dan outletnya tidak pernah sepi. Strategi lainnya adalah nasi putih yang hanya Rp 1000, sepuasnya. Mana ada di warteg termurahpun nasi putih Rp 1000 bisa sepuasnya. Belum teh tawar yang di bandrol Rp 100,- juga sepuasnya. Harga makananpun murah. Contoh ikan gurame hanya Rp 28.800 per ekor. Di resto lain dengan ukuran yang lebih besar ( sekitar 6 ons) harganya sekitar Rp 60.000,- Kalau di D Cost memang ukurannya kecil atau setengahnya dari ikan gurame di resto lain. Kita tidak sadar akan memesan 2 porsi karena ukurannya kecil. Nah kalau di hitung maka harga akan sama dengan di resto lain. Cuma bedanya kita bisa mendapat 2 porsi yang berbeda. Dan kita tidak menyadari kalau harganya akan sama. Hal lain adalah kecepatan pelayanan yang patut diacungi jempol, walau resto selalu ramai. Inilah kehebatan cara strategi marketing D Cost.

Di dalam persaingan bisnis yang semakin ketat, maka diperlukan strategi yang menarik yang akan membuat para konsumen kembali datang. Dan ini yang sudah dilakukan oleh D Cost. Sekarang kita dituntut untuk lebih kreatif dalam hal apapun untuk memenangkan persaingan. Ayo buktikan kalau Anda juga bisa.

Jangan Malu Belajar pada Anak Kecil

Melihat judul diatas, terkesan kita-kita kog belum dewasa, dimana harus belajar pada anak kecil. Memang di dalam kehidupan sehari-hari, ada kalanya kita hanya mementingkan diri sendiri, tidak peduli dengan lingkungan sekitar dan bersikap masabodo. Saya teringat peristiwa 3 tahun lalu.

Saat itu anak pertama saya Darren dengan santainya mengatakan flash disknya hilang di sekolah. Saya menyuruhnya untuk lapor kepada guru tentang kehilangan ini agar diusut. Apa jawaban Darren ? Ya kalau sudah hilang , ya biar saja hilang. Sontak saya naik pitam dan langsung menegur keras. Memang flash disk tidak mahal, tapi yang ingin saya tekankan adalah belajar bertanggung jawab dan mencari siapa yang mengambil flash disknya. Tiba-tiba adiknya Odetta (saat itu 7 tahun) datang menghampiri saya dengan mata berkaca-kaca dan berkata "Pi, ini uang tabungan Rp 65.000,- untuk tambahin beli flash disk baru untuk koko. Koko jangan dimarahin lagi ya Pi". Seketika itu juga saya terdiam, tiba-tiba mata saya berkaca-kaca juga. Betapa mulia dan panjangnya pemikiran seorang Odetta yang rela menyerahkan seluruh uang tabungannya untuk membela kokonya. Akhirnya saya tersadar dan mencoba bertindak lebih bijaksana.

Dengan mengubah nada bicara, saya menasehati Darren agar lebih hati-hati dan teliti serta segera lapor ke guru jika ada masalah di sekolah. Ini semua untuk kebaikan dirinya. Hari itu saya mendapat sebuah pelajaran yang sangat berharga dari seorang anak kecil berusia 7 tahun. Pelajaran tentang ketulusan, pengorbanan dan solidaritas. Bayangkan seluruh uang tabungannya rela diberikan untuk membeli flash disk agar kokonya kembali memiliki flash disk. Apakah Anda yang lebih sukses, lebih dewasa dan lebih berpendidikan juga mempunyai pemikiran yang sama dengan seorang anak kecil ??? Sering kita sangat perhitungan, cuek, mementingkan diri sendiri saja.

Kadang di dalam kehidupan kita, sering tidak peduli terhadap kesulitan orang lain. Dalam pekerjaan seringkali kita bersikap pekerjaanku ya pekerjaanku. Jika pekerjaanmu tidak beres ya bukan masalahku. Kadang mungkin teman ada masalah sehingga pekerjaan terhambat, apa salahnya kita jika bisa membantunya. Bersikap toleransi dan saling mendukung harus selalu ada di dalam hati kita sehingga kita bisa merasa peka terhadap kesulitan orang lain. Saya tidak malu jika harus belajar hal-hal yang berguna termasuk dari seorang anak kecil. Ya jika Odetta mempunyai sikap yang begitu baik, kenapa saya tidak ?

Kadangkala kita gengsi untuk belajar sesuatu dari orang lain yang lebih "muda". Tapi satu hal yang harus diingat tidak ada seorangpun yang sempurna dan untuk menjadi lebih baik dari kemarin, kita harus selalu belajar. Semoga tulisan ini akan bermanfaat.

Beranikah Anda Keluar dari Comfort Zone Anda ?

Jumat, 06 Agustus 2010

Saya sering menulis di blog tentang motivasi, harus berani keluar dari comfort zone. Bahkan saat berbicara di hadapan teman-teman saya sering menyinggung 2 hal tersebut. Tapi kalau Anda melihat saya telah bekerja di BCA selama 20 tahun ( sejak lulus kuliah) pasti Anda berkata ” ah seorang Timoteus Talip hanya bisa menulis, bicara tapi dia sendiri tidak berani keluar dari comfort zonenya”.

Jujur saya merasa nyaman dengan posisi sekarang. Lalu pertanyaannya kenapa ?
Sejak lulus kuliah saya mempunyai keinginan bisa bekerja dan memiliki mobil ( tanpa merek spesific). Hanya 2 tahun saya bisa mewujudkannya ( walau dengan kredit.... jadi malu deh). Lalu saya ingin mempunyai rumah (tanpa spesific rumah seperti apa). Hanya 3 tahun saya bisa mewujudkannya walau hanya ukuran 6X15 meter dan lewat pinjaman kantor. Itulah keinginan dan target saya.

Selanjutnya seperti pria normal lainnya, saya ingin mempunyai istri dan anak-anak, dimana harapan saya mereka tidak akan kekurangan, bisa sekolah di sekolah bagus. Dan ini sudah tercapai. Target berikutnya saya ingin menjadi penulis buku, dan sudah terwujud tahun 2009 dan sebentar lagi akan terbit buku ke 2.

Jadi saya tidak pernah memasang target yang tinggi seperti dalam berapa tahun harus menduduki jabatan ini, dalam berapa tahun harus memiliki ini dan itu, dalam berapa tahun harus menerbitkan buku. Memang ada plus minusnya. Positifnya saya menjadi tenang tidak berharap yang muluk-muluk. Kerjakan yang terbaik dan yakinlah apa yang di harapkan akan terwujud. Betul kan semua yang saya harapkan semua sudah terbukti.
Negatifnya, seolah-olah saya jalan di tempat. Banyak teman yang seumur bahkan jauh lebih muda yang telah mencapai kesuksesan berlipat kali dari saya.

Memang beda dengan orang-orang yang mempunyai cita-cita/target terlalu tinggi, jika tercapai maka dia akan cepat kaya/sukses, namun jika gagal dia bisa frustrasi atau berbuat curang untuk mewujudkan ambisinya.
Itulah pandangan comfort zone saya selama ini.

Darmadi Darmawangsa mengubah pandangan saya tentang comfort zone.
Awal Agustus semua pandangan saya berubah total saat Darmadi Darmawangsa, seorang penulis buku best seller, seorang pembicara terkenal berbicara kepada saya. Beliau memberikan motivasi dan mengatakan comfort zone tidak semata diartikan tidak berani keluar dari tempatnya bekerja. Tidak berarti kalau sudah kelamaan jadi karyawan harus menjadi pengusaha. Menurut Darmadi, jika kita bisa mengerjakan sesuatu yang berguna maka dapat diartikan kita sudah keluar dari comfort zone. Saya langsung tersentak kaget, berarti selama ini saya keliru. Kenapa keliru ? Karena saya telah banyak melakukan hal bermanfaat ( di luar jam kerja lohhh) seperti menulis buku, menjadi pemred SWIPE, redaktur INFO BCA, pengurus menembak BCA, instruktur pelatihan, aktif menulis blog, menjadi moderator facebook di sebuah group, aktif di kegiatan pingpong dan masih banyak lagi. Ternyata tanpa saya sadari telah banyak hal yang saya lakukan. Dan inilah saat saya keluar dari comfort zone. Terima kasih untuk Darmadi yang telah memberikan pencerahan dan membuat saya percaya diri karena telah berhasil keluar dari comfort zone dengan karya saya yang cukup banyak.

Bagaimana dengan Anda ? Saya yakin Anda juga banyak melakukan kegiatan yang bermanfaat dan Anda juga telah keluar dari comfort zone . Setiap hal bermanfaat yang kita kerjakan akan menjadikan nilai tambah bagi diri kita sendiri. Jadi janganlah takut kalau dikatakan Anda tidak berani keluar dari comfort zone. Buktikan kalau Anda mampu.

Nilai Tambah yang Harus Anda Miliki

Seorang teman , Theodora banyak memberikan semangat kepada saya via BBM. Inilah salah satu cuplikannya ” kita harus melakukan pekerjaan dengan tulus, karena suatu hari pekerjaan ini akan memberikan kontribusi dan nilai tambah untuk melangkah lebih maju. Itu suatu prestasi, anggap saja menjalankan hobby dan suatu hari akan mendapatkan hasil maksimal.” Jika sesuatu yang biasa ada, tiba-tiba tidak ada, apakah orang akan merasa kehilangan ? Jika ya, pastilah itu sesuatu yang penting dan berharga.

Kenapa Theodora menulis sepeti itu ? karena dalam chattingnya saya jelaskan bahwa SWIPE (majalah internal BCA Card Center) yang saya kerjakan adalah bagian dari hobby dan bukan merupakan pekerjaan kantor. Namun saya menjalaninya dengan senang hati. Lihat artikel di blog saya yang berjudul ”Hobby yang Membawa Kekuatan”.

BBM Theodora sangat luar biasa sehingga menambah motivasi saya untuk terus menulis di blog, SWIPE bahkan buku. Masih tambah Theodora, jika orang sudah terbiasa dengan sesuatu (dalam hal ini SWIPE) dan suatu saat tidak ada lagi maka akan banyak orang yang merasa kehilangan. Ya karena sampai edisi ke 11 Juni 2010 ( berarti sudah tahun ke 4) semakin banyak para kontributor yang menyumbangkan tulisan. Bahkan teman-teman selalu menanyakan kapan terbit lagi. Ada yang meminta 1 bulan sekali, karena saat ini 3 bulan sekali. Mana mungkin, karena edisi 3 bulanan saja saya banyak menggunakan waktu week end untuk mengerjakannya. Terkadang saya harus mengoreksi, mengedit, menulis sampai larut malam. Sekali lagi, karena ini hobby maka saya menikmatinya.

Motivasi dari Theodora adalah ”kontribusi dan nilai tambah”. Saya meyakini dengan mempunyai pengalaman untuk menulis, mengelola majalah internal suatu waktu saya bisa menjadi penulis yang lebih tangguh. Memang dari sering menulis di majalah internal saya telah mengeluarkan 1 buku dengan judul “Basmi Manipulasi Manajemen” dan sebentar lagi akan hadir 1 buku lagi.

Nah untuk menjadi seseorang yang lebih maju dari sekarang Anda harus memenuhi nilai tambah. Nilai tambah tersebut bisa berupa kepintaran tertentu yang mungkin tidak dimiliki orang lain dalam posisi yang setara sehingga Anda akan terlihat lebih unggul . Ingat tentang kopi ?. Kenapa kopi di warung berbeda jauh harganya dengan di Starbucks Coffee ?. Karena di Starbucks Coffee terdapat nilai tambah seperti ruangan bagus, ada Wifi, AC, musik dan sebagainya.

Menutup tulisan ini ada lagi 1 cerita menarik dari Theodora tentang “Tiger in the Toilet” kisahnya kira-kira seperti ini. Suatu hari ada seekor harimau tersesat ke dalam toilet. Karena terlalu lama di toilet, maka harimau tersebut menjadi lapar. Tiba-tiba ada seorang manager personalia masuk ke toilet, maka di makanlah manager personalia tersebut. Seminggu kemudian direktur perusahaan masuk ke toilet, karena lapar, maka harimau tersebut juga memakan sang direktur. Minggu ke 3 seorang office boy masuk ke toilet dan harimau ini langsung memakannya juga. Setelah office boy hilang, maka kantor menjadi geger. Semua kelabakan karena lantai kotor, minuman tidak tersedia, tidak ada yang memfoto copy, tidak ada yang membelikan makanan dan sebagainya. Intinya semua membutuhkan tenaga office boy. Pertanyaannya jika tidak di cari orang, artinya seseorang tidak memberi kontribusi penting kepada orang lain.
Kesimpulan yang bisa di ambil dari cerita tersebut apakah kita harus menjadi office boy ? Tentu tidak, tapi kita bisa belajar tentang kontribusi dan nilai tambah.


Jika Anda mempunyai kontribusi dan nilai tambah maka Anda akan menjadi seorang yang di butuhkan. Semua itu nantinya akan menjadi pengalaman yang terindah dalam hidup Anda.

Jika Ambisi tak Tercapai , Frustrasi ?? Stress ??

Masih ingat artikel saya tentang ”1 bulan menulis 9 artikel di blog, kog bisa ?.” Di sana saya menulis tentang setiap orang harus mempunyai target, namun target yang masuk akal dan bisa direalisasikan. Namun ada orang-orang yang memasang target dengan harapan dapat dicapainya, terlepas target itu realistis atau tidak. Terlepas pula apakah kemampuannya mendukung atau tidak. Ingat pepatah ”bagai punguk merindukan bulan” yang sering kita dengar saat SD. Bagaimana jika target yang menjadi ambisinya tidak tercapai? Frustrasi ? Stress ? atau bagaimana ?

Kenapa saya tertarik mengangkat kisah ini. Karena kejadian yang menimpa saudara saya yang menjadi ”korban” ambisi atasannya. Sang atasan sebut saja Frans sangat berambisi menjadi Kepala Cabang. Berbagai upaya dilakukannya termasuk ”menjilat”, menempel, menservice Kepala Wilayah. Namun ternyata kemampuan Frans tidak sepadan dengan target/ambisinya sehingga posisi Kepala Cabang ditempati orang lain. Frans sangat stress dan frustrasi. Dia sangat berubah, menjadi be te, cemberut dan yang paling menyolok sudah tidak berusaha menempel dan mendekati Kepala Wilayah tersebut.

Apa dampak terhadap saudara saya ? Sebagai pelampiasan maka saudara saya selalu ditindas, dicari-cari kesalahannya. Suasana kerjapun menjadi tidak kondusif. Daripada di jadikan kambing hitam dan selalu dipojokkan maka ia tersebut memilih resign dari kantornya, padahal dia masih senang berada di lingkungan teman-temannya yang merasa senasib..

Ada beberapa hal yang bisa menjadi pembelajaraan dari peristiwa tersebut dan harus bagaimana jika masalah itu terjadi pada Anda.

  1. Mulailah menata ulang apakah target/ambisi tersebut (sekali lagi) masuk akal untuk di capai.
  2. Tunjukkan dengan prestasi yang baik bukan dengan cara menempel, menjilat dan lain-lain. Lebih enak menjilat ice cream kan.
  3. Jika memang belum berhasil meraih target/ambisi, hendaknya pasrah, mawas diri, merenung, instrospeksi diri dan mulai menentukan langkah baru.
  4. Jangan menimpakan kekesalan/kegagalan Anda ke orang lain. Ingat peribahasa waktu SD ”buruk muka cermin di belah”. Apa memang muka Anda benar-benar buruk/jelek ? Mengacalah , hahahaha...
    Jika muka Anda jelek/buruk maka sudah saatnya Anda beralih profesi menjadi pemeran pengganti saja.
  5. Ingat kesombongan dan kejahatan yang Anda lakukan suatu waktu akan ada pembalasan. Ingat siapa menabur dia akan menuai. Ya kalau orang lain menabur bibit yang baik, namun kita diam-diam yang menuainya. Ini sih pembajak.
  6. Jika ke 5 hal tersebut belum bisa Anda lakukan, silakan terus kunjungi web saya di www.Timoteustalip.com, siapa tahu tulisan-tulisan saya bisa menghibur dan menjadi solusi terbaik. Atau belilah buku saya ”Basmi Manipulasi Manajemen”

Selain itu kita juga harus menganalisa kenapa Frans berlaku seperti itu. Mungkin dia bermasalah dengan keluarganya ? Atau dia bermasalah dengan kehidupan pribadinya ?. Jika itu masalahnya, sebaiknya Frans segera konsultasi ke psikolog agar cepat disembuhkan.

Semoga dengan tulisan sederhana ini, jika Anda mengalami masalah yang serupa dengan Frans, Anda bisa mengatasinya dan tidak frustrasi

Prestasi di Tengah Keterbatasan

Minggu, 01 Agustus 2010

Tanggal 31 Juli - 1 Agustus 2010 berlangsung Kejuaraan Menembak Perbankan Nasional I yang memperebutkan Piala Gubernur Bank Indonesia. Kejuaraan berlangsung di Lapangan Tembak Senayan diikuti 16 Bank.
Prestasi yang di capai BCA cukup menggembirakan dengan perolehan 2 medali emas ( dari Jemmy Djajadiningrat sebagai juara perorangan putra, dan dari beregu Putra yang terdiri dari Jemmy, Ivan dan Irwan) serta 1 perak dari beregu putri ( Niniek, Lona dan Memoy). Mereka menjadi juara pada kategori menembak Metal Silhoutte. Secara total BCA menduduki juara umum ke 3 dibawah Bank Sumsel dan Bank Indonesia.
Para penembak Bank Sumsel terdiri dari para atlet nasional bahkan ada 1 yang merebut medali perak Sea Games 2009 di Laos yaitu Maharany Ardy yang menjadi juara 1 Metal Silhoutte, sementara andalan BCA, Niniek ( yang berhasil maju ke final) hanya baru berlatih 3 kali.
Membanggakan prestasi yang diraih oleh teman-teman.
Namun tahukah Anda perjuangan mereka sangat berat. Selain harus mengalahkan lawan-lawan tangguh, team menembak BCA (yang disebut Leopard Shooting Club) juga mengalami krisis dana. Dana yang dikucurkan kantor sangat terbatas sehingga beberapa pengurus seperti Steven Djajadiningrat dan Jemmy Djajadiningrat harus merogoh kocek pribadinya.
Bahkan senjata seperti senapan angin, pistolpun dipinjamkan kepada anggota team, karena Leopard Shooting Club (LSC) sebuah organisasi menembak BCA tidak mempunyai inventaris senjata. Ironis ditengah prestasi yang di raih namun dukungan kantor belumlah maksimal.
Seperti kita ketahui olah raga menembak memang membutuhkan dana yang tidak sedikit.
Sebelumnya pada kejuaraan menembak Kapolri Cup sebuah event yang lebih besar (tanggal 17 - 24 juli 2010) 2 orang anggota LSC yaitu Steven Dj meraih juara 1 dan Memoy Munajah meraih juara ke 3. Sebuah prestasi yang membawa nama harum BCA.
Pelajaran apa yang dapat kita petik dari kisah nyata di atas ?
  1. Kita jangan selalu menuntut selama belum bisa menunjukkan prestasi. Banyak diantara kita yang jika diminta untuk mengerjakan sesuatu selalu bertanya apa yang akan di dapat/ di berikan hadiah apa/untungnya buat saya apa (ubsa) dan lainnya. Raihlah dulu prestasi, biarlah orang lain yang menilai setelah melihat kegemilangan kita. Untuk kasus LSC yang telah mengharumkan nama BCA, pastilah akan menjadi pertimbangan kantor untuk lebih mendukung.
  2. Walaupun banyak mendapat rintangan, kurangnya dukungan tapi tetap tunjukkan semangat dan motivasi karena keberhasilan kita ada di tangan kita sendiri.
  3. Banyak orang-orang yang tidak peka terhadap keadaan sekitar. Pada acara di atas hanya 2 orang supporter setia, yang lain adalah penembak dan pengurus LSC. Seharusnya kita semua menjadi pendukung, baik hadir di lapangan ataupun pendukung jarak jauh ( lewat doa maupun kebatinan). Ingat kemenangan teman kita ( dalam hal ini LSC) juga adalah kemenangan kita semua.
  4. Kita semua harus belajar dari kakak beradik Jemmy dan Steven yang merelakan senjatanya di pakai latihan, melatih teman-teman tanpa bayaran sampai mengeluarkan dana pribadi. Bayangkan jika tidak ada mereka apakah organisai dan kegiatan LSC bisa berjalan dengan baik. Sementara banyak orang-orang disekitar kita yang sangat "perhitungan" baik waktu kerja, tenaga, fasilitas, uang dan lain-lain. Mereka seharusnya malu dan belajar dari keteladanan Steven dan Jemmy.
Saya sendiri yang tidak bisa menembak dan tidak hobby dengan olah raga ini tapi bersedia menjadi pengurus karena saya belajar dari keteladanan mereka berdua. Jika mereka rela berkorban untuk orang lain kenapa saya tidak ? Peran saya sangat kecil yaitu sebagai 'tukang foto" dan "juru tulis" walaupun di organisasi LSC jabatan saya cukup mengerikan sebagai Ketua Bidang Organisasi dan Humas.
Nah lewat kepiawaian saya menulis di Info BCA dan blog setidaknya mungkin bisa menggugah kantor dan teman-teman semua untuk saling bahu membahu mendukung LSC. karena dengan dukungan yang luar biasa akan menjadikan "obat perangsang" untuk kami terus berprestasi yang akan membawa nama harum BCA.
Sebagai contoh adalah dukungan management Bank Sumsel, Bank CIMB Niaga dan BI kepada organisasi menembaknya. Banyak fasilitas yang diberikan management mereka yang kadang membuat kami sedikit iri.
Tapi kami tetap semangat. Jadi teruslah berprestasi walau (sementara) fasilitas sangat terbatas. Seorang juara sejati bukanlah dilahirkan tapi melalui proses pembelajaran yang luar biasa. Salam kompak untuk seluruh pengurus dan anggota LSC. Bravo.... kalian adalah pahlawan sejati.
Tulisan ini khusus didedikasikan untuk Jemmy dan Steven.

Menggugah gagasan, merefleksikan pemikiran dan menerobos relung harapan