Translate to : English French German Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Chinese Simplified

Be a Real Champion Not Just a Winner.

Senin, 30 Juni 2014

 

 

 

 

Ada sebuah ungkapan motivasi yang sangat baik yaitu be a real champion not just a winner  yang jika diartikan adalah jadilah sang juara sejati jangan sekdar pemenang.  Ungkapan tersebut sangat tepat untuk menjalani kehidupan. Dalam kehdiupan ini selalu terjadi perlombaan atau kompetisi. Sejak kecil anak-anak telah diikut sertakan dalam perlombaan, bahkan mereka juga dituntut untuk menjadi juara kelas. Di pekerjaan juga setiap orang juga ingin menjadi yang terbaik. Di pertandingan olah raga, perlombaan seni dan sebagainya, setiap peserta pasti ingin menjadi juarapertama. Begitu pentingnya arti juara sehingga tak jarang mereka menggunakan cara yang tidak baik dan tidak sportif.

Kita bisa meraih kemenangan dengan menghalalkan segala cara tapi sang juara sejati akan melakukan cara-cara yang elegant dan bersih.

Pahlawan kehidupan adalah mereka yang berhasil mencapai level significant, dimana dirinya telah menorehkan kemanfaatan untuk lingkungan sekitarnya dan telah menjadi sang pencerah bagi orang lain. Pahlawan kehidupan ini bisa siapa saja, tanpa memandang kekayaan, kepintaran dan keturunan. Contoh pahlawan kehidupan adalah Bunda Teresa, Nelson Mandela dan masih banyak lagi. Apa ang dilakukan mereka akan diingat banyak orang karena bermanfaat bagi banyak orang. Sementara mediocre atau pecundang  adalah meareka yang melakukan kerusakan dan menghantui orang lain dengan kejahatannya. Mereka meraih keberhasilan dengan cara tidak benar dan akhirnya ketahuan lalu dipidana. Sudah banyak contoh-contohnya di negara kita.

Ada yang mengatakan terdapat  4 zona S dalam kehidupan ini yaitu :

1.            Zona Survive yaitu sekedar bertahan hidup. Orang-orang yang berada di zona ini berprinsip ya hidup dijalanani saja, tidak perlu ngotot untuk meraih yang belum tentu bisa di dapat. Mereka tidak pernah mengupgrade potensi yang Tuhan berikan.

2.            Zona Stabil yaitu agar dapat bertahan hingga esok, lusa dan seterusnya.  Mereka belum berhasil mencapai impian karena hanya berprinsip yang penting hari ini dan esok masih bisa menikmati kehidupan.

3.            Zona Sukses yaitu selain bisa bertahan maka juga bisa meraih impian. Namum semua pencapaian baru untuk dirinya saja dan belum bermanfaat untuk banyak orang

4.            Zona Signifikan yaitu zona yang paling tinggi dan paling sulit dicapai. Selain bisa bertahan, harus dapat meraih impian sekaligus mencerahkan dan mensukseskan orang lain.

 

Bagaimana I Want and I Can ?

I Want : Menjadi Pahlawan Kehidupan

I Can    . Caranya

1.            Memahami pahlawan kehidupan itu tidak sama dengan menjadi pemenang sehingga harus melalui tahapan yang panjang dan dengan cara-cara yang baik.

2.            Keadaan hari ini merupakan keputusan memilih pada masa lalu. Maka lakukan yang terbaik pada hari ini.

3.            Terus mau bergerak maju dengan belajar dan belajar. Jika kita berhenti belajar maka kita akan jalan di tempat.

 

 

 @silentmotivator


::BCA::=>

BOS YANG TIDAK SUKA BAWAHAN ACTIVE

Sabtu, 28 Juni 2014

 


Dalam suatu perusahaan banyak terdapat kebersamaan interaksi antara sesama karyawan, baik dari level bawah sampai level atas. Kebersamaan interaksi  ini berpengaruh pada productivitas kerja juga performance kerja masing2 karyawan baik dalam satu department yang sama maupun yang berbeda. Dengan adanya interaksi ini tidak menutup kemungkinan akan terbentuknya suatu komunitas dalam perusahaan itu sendiri. Dimana didalam komunitas itu bisa terdiri dari berbagai jenis karakteristik para individu. Satu sama lain bisa saling mempengaruhi  ataupun saling menyikapi secara negative maupun positive. Di dalam suatu interaksi itu sendiri akan terlihat sifat sifat dan karakteristik masing2 individu. Ada yang terlihat active ada yang terlihat " yes man" ada juga yang terlihat menganut prinsip " ABS" = asal boss senang. Dalam pembahasan ini saya ingin lebih menindak lanjuti bab 2 dari buku Timoteus Talip mengenai  " Sikap boss yang tidak suka bawahannya active".  Kenapa sampai terjadi hal demikian?
Menurut pendapat saya sebagai praktisi yang menggeluti bidang psychology industry management perusahaan ada beberapa hal atau sebab yang mempengaruhi seorang boss mempunyai anggapan demikian. Diantaranya adalah:
1.      Kurang memahami adanya perbedaan personality pada setiap personal.
2.      Kurang menghayati adanya skill yang berbeda yang di miliki seseorang dalam berinteraksi terhadap suatu korelasi aktifitas yang di lakukan dalam kurun waktu yang sama.
3.      Atasan yang kurang percaya atau tidak memberikan kepercayaan penuh pada bawahannya – bisa di sebabkan karena belum mengenal cara tata kerja bawahannya karena belum lama kerja di bawah dia, ataupun belum bisa melihat secara peka kualitas bawahannya. Kurang percaya diri ( self confidence) akan kemampuan dirinya sendiri yang di reflexikan pada kinerja karyawan.  Ditambah dengan ada nya Anxiety pada lingkungan kerja itu sendiri terhadap bawahan yang bersifat active.
4.      Penyalah gunaan fasilitas kantor untuk hal2 yang tidak berhubungan dengan kegiatan atau korelasi nya dengan produktifitas perusahaan.
Satu persatu akan coba saya jabarkan dinamika nya kenapa hal ini sampai terjadi, sehubungan dengan kasus adanya seorang atasan yang tidak menyukai karyawannya yang active.
 
1.       Perbedaan personality.
Kepribadian seseorang sangat bervariasi. Ada yang di sebut kepribadian extrovert ( terbuka) dimana dia siap menerima masukan baik negative maupun positive dari orang lain, tidak terkecuali siapa yang akan memberikan dia masukan. Jarang sekali marah atau tersinggung dengan pendapat orang lain mengenai dirinya, juga biasanya menerima perbedaan dia dengan orang lain. Sedangkan orang yang Introvert cenderung tertutup dan berusaha untuk tidak melibatkan diri dengan orang lain. Sangat berhati hati dalam bertindak juga berkata2 – mudah tersinggung dan takut untuk memulai sesuatu yang innovative. Cenderung menuruti apa yang sudah ada baik dalam proses kerja maupun dalam berinteraksi dengan sesamanya. Passive lebih cocok di katagorikan untuk orang yang Introvert ini. Sedangkan Active lebih tepat di katagorikan pada orang yang Extrovert. Dalam pembahasan ini kita sedang membicarakan orang yang Extrovert. Dimana seorang yang extrovert mempunyai banyak pemikiran2 baru yang  juga di dukung oleh semangat pembaharuan dan juga  melakukan berbagai jenis kegiatan. 
Dalam kasus ke dua dalam buku karangan Timoteus Talip di katakana bahwa atasan tidak suka akan aktifitas karyawan nya yang di rasakan cukup active. Dimana karyawan tersebut mampu melakukan berbagai macam tugas dalam waktu yang hampir bersamaan. Baik tugas kantor maupun tugas di luar kantor.  Atasan merasa bahwa dengan adanya korelasi kegiatan bersimultant tersebut malah akan menghambat productivitas jalannya perusahaan. Padahal kalau seorang atasan mengerti atau mencoba memahami korelasi nya akan sedikit mengurangi rasa antipati nya terhadap karyawan tersebut termasuk prasangka negative. Karena pada dasarnya ada pepatah yang mengatakan apabila belum mengenal benar maka tidak akan ada perasaan sayang atau menyukai.  Jadi hal yang sebaiknya di terapkan oleh seorang atasan adalah mencoba untuk mengerti  perbedaan karakter yang ada dalam diri tiap individu sebagai karyawannya atau bawahannya yang siap untuk di arahkan.
 
2.       Skill dan competency yang berbeda antar setiap masing 2 karyawan atau bawahan.
Setiap individu mempunyai skill atau kemampuan yang berbeda. Ada individu yang bisa mengerjakan lebih dari 1 tugas dalam suatu kurun waktu yang bersamaan dan hasilnya juga memuaskan. Tapi ada juga individu yang tidak mampu melakukan suatu kegiatan yang berlainan yang menuntuk konsentrasi yang berbeda dalam waktu yang bersamaan. Ini semua di pengaruhi dari talenta seseorang yang merupakan sesuatu yang di bawa sejak lahir dan tidak bisa di pelajari. Ada orang yang memang di lahirkan membawa sikap gesit – cekatan – capable dalam melakukan apa pun dalam waktu yang hampir bersamaan. Tapi ada juga orang yang masuk dalam katagori kalem dimana harus secara perlahan lahan dan seksama untuk mengambil tindakan. Ini semua adalah perbedaan yang pasti terjadi dalam suatu komunitas di manapun juga tidak terkecuali komunitas dalam interaksi di kantor. Begitu pula dengan pengejawantahan tugas. Ada orang yang begitu capable ( mampu) mengerjakan semua tugas yang di berikan pada nya dengan lancar dan tanpa beban paksaan atau stress. Contoh yang di kemukakan dalam kasus ini adalah adanya kombinasi kerja dalam satu rentang waktu. Tidak dapat disangkal seorang bawahan akan merasa puas apabila dia bisa melakukan semua pekerjaan sesuai target waktu yang telah dia tetapkan sebelumnya. Dalam hal ini seandainya atasan mengetahui dan memahami skill masing2 karyawan sekiranya prasangka negative akan terhapus dengan sendirinya.
 
3.       Trust atau kepercayaan pada bawahan.
Hal ini memang agak sulit di bangun apabila seseorang karyawan (bawahan) belum lama kerja dengan seorang atasan tertentu. Atasan belum bisa melihat konduite kerja bawahan dan belum mengerti  apa yang di kerjakan bawahan dan hasil apa yang nantinya akan di perlihatkannya. Oleh karena itu seorang bawahan harus tetap berusaha menunjukkan bahwa outcome yang di hasilkan akan tetap baik dan mempunyai nilai positive untuk perusahaan. Dari sini lama kelamaan para atasan terutama atasan langsung akan mulai mengerti dan memahami sepak terjang setiap karyawan terutama karyawan yang di nilai active. Trust juga bisa di bangun dari pengalaman. Akan banyak pengalaman yang akan di dapat secara langsung maupun tidak langsung – yang berhubungan dengan pekerjaan mapun dengan interaksi dengan sesama karyawan, karena seorang atasan tidak hanya melihat performa kerja dalam tugas kantor – juga akan melihat bagaimana para karyawannya berinteraksi dengan sesama jejaring nya.
Seorang boss akan merasa tersaingi dengan kehadiran karyawan yang active. Seorang bawahan yang active tidak menutup kemungkinan akan belajar lebih banyak dan mempunyai  relasi jejaring yang luas juga. Maka dari itu tidak menutup kemungkinan posisi seorang atasan cepat lambat akan tergeser juga. Dalam hal ini memang tidak menjamin bahwa hal ini akan terjadi pada karyawan yang active tetapi pada umumnya orang yang active akan lebih cepat menyerap informasi dan akan lebih cepat juga dalam mengambil tindakan. Bukan hanya keuntungan untuk perusahaan dimana dia kerja tapi juga bisa mendatangkan keuntungan secara tidak langsung dengan perusahaan lain sehubungan dengan aktivitas kegiatan dia di luar kantor. Hal ini lah yang mungkin menjadi faktor yang menjadi pemikiran seorang boss. Tidak semua atasan mempunyai gradasi self esteem yang rendah atau kurang tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa hal ini sedikit banyak akan mempengaruhi persepsi seorang atasan terhadap anak buah yang active.
 
4.       Penyalahgunaan pemakaian fasilias kantor.
Seorang atasan di berikan tanggung  jawab yang besar oleh perusahaan tidak hanya dalam kelancarakan operational tetapi juga pemeliharaan alat2 kantor atau office equipment yang ada dalam kantor. Setiap perusahaan menerapkan peraturan yang baku mengenai syarat2 pemakaian dan penggunaan alat2 kantor sekaligus kelangsungan maintenancenya. Sudah tentu seoran boss akan mengetahui sikap dan tata cara para pegawainya ( bawahannya) akan penggunaan fasilitas kantor. Tanggung jawab akan di serahkan pada nya apabila ada fasilitas kantor yang tidak bisa berfungsi dengan baik. Oleh karena itu seorang atasan cenderung kurang setuju dengan adanya penyelewengan penggunaan alat alat kantor yang tidak ada hubungan nya dengan kelangsungan operasional perusahaan atau tidak ada kaitannya dengan jalannya operasi perusahaan. Maka dalam kasus seorang boss yang tidak menyukai bawahan yang active hendaknya tidak hanya di lihat dari satu sisi saja, tapi juga menyeluruh di luar boundary. Sebab2 yang terkait dan juga sebab akibat yang mungkin ada yang bisa mempengaruhi performance kerja secara keseluruhan.  Contoh dengan datang ke kantor lebih pagi untuk meretouch foto yang bukan merupakan aktifitas kantor adalah kurang berkenan di mata boss. Kecuali kalau kedatangan lebih pagi untuk meretouch tayangan presentasi yang hari ini akan di presentasikan pada direksi.  2 contoh yang sama  dengan tujuan yang berbeda sangat mempengaruhi persepsi atasan pada bawahan.
 
Secara garis besar pembahasan mengenai boss yang tidak menyukai  bawahan yang active sebaiknya di lihat dari berbagai sisi, sisi kepribadian dan skill karyawan sebagai bawahan boss dan juga kepribadian dan competency seorang atasan sendiri dalam mengarahkan bawahan untuk tujuan akhir memberikan profit dan kemajuan pada perusahaan. Karena dengan tidak adanya interaksi yang baik dan saling percaya akan sulit di capai hasil akhir yang di harapkan, sesuai target yang sudah di canangkan. Team work dan kerja sama dengan semua legacy harus di ketengahkan sebelum merumuskan hasil akhir yang diharapkan di raih.
 
 

Menggugah gagasan, merefleksikan pemikiran dan menerobos relung harapan