Translate to : English French German Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Chinese Simplified

Ada Kalanya Kebahagiaan Kita Harus Direlakan

Selasa, 05 September 2017

Ada Kalanya Kebahagiaan Kita Harus Direlakan
Sebuah kotak usang berselimutkan debu menebarkan suasana heran di kepalaku. Barang apa ini? batinku bertanya.
Dengan perlahan aku membukanya, mendapati bahwa isinya adalah kumpulan DVD koleksiku semasa kecil. Aku merasa hanyut akan hangatnya nostalgia yang manis ini.
Dari sekian puluh DVD yang kulihat, ada satu film yang mengikat atensiku.
Cinderella III.
Karakter Disney Princess favoritku. Aku selalu bermimpi untuk menjadi seperti Cinderela. Hahaha… masa itu…
Biar kuceritakan sedikit, mungkin banyak, mengenai film ini.
Suatu hari, Cinderella dan pangeran sedang berkuda ke hutan. Ibu peri kemudian ingin memberi mereka kejutan. Ibu peri menyiapkan pesta kecil dengan hidangan di tengah hutan menggunakan tongkat ajaibnya.
Kejadian ini disaksikan oleh Anastasia, saudara tiri Cinderella yang kini hidup miskin di dalam hutan. Anastasia kemudian sadar bahwa selama ini pencapaian Cinderella pasti dibantu oleh ibu peri menggunakan tongkat ajaibnya.
Ia lantas mengambil tongkat ajaib itu diam-diam dan membawanya kepada ibunya, ibu tiri Cinderella.
Ibu tiri kemudian mengucapkan mantra dan mengayunkan tongat tersebut ke udara, memerintahkan untuk menarik mundur semua sihir ajaib yang telah Cinderella terima.
Mantranya berhasil.
Mereka semua kembali lagi pada saat pemilihan para gadis yang memiliki ukuran sepatu sama dengan sepatu kaca Cinderella yang tertinggal di tangga kerajaan.
Segala memori sang pangeran pun lenyap, sehingga ia tak lagi mampu mengingat siapa gadis cantik yang berdansa dengannya malam itu. Sepatu kaca milik Cinderella ternyata pas bagi kaki Anastasia, sehingga pernikahan baginya dan pangeran akan segera digelar.
Saat melihat Anastasia, sang pangeran seakan melihat gadis yang berdansa dengannya, Cinderella. Namun saat pangeran memegang tangan Anastasia, rasanya… hampa. Anastasia bukanlah gadis yang ia cari.
Berkat bantuan para tikus, Cinderella yang saat itu akan dibuang oleh ibu tiri pun berhasil bertemu kembali dengan pangeran, yang telah sadar bahwa ia sedang berada di bawah pengaruh sihir.
Malam itu, pesta pernikahan akan dilangsungkan dengan sangat megah. Sesaat sebelum Cinderella keluar dari ruang persiapan pengantin, Ibu Tiri muncul lagi. Ibu Tiri menyihir Anastasia, sekarang rupa Anastasia persis dengan rupa Cinderella. Ibu tiri berniat menipu pangeran sekali lagi.
Cinderella dimasukkan ke dalam kereta labu dan akan dijebloskan ke jurang, namun lagi, ia berhasil meloloskan diri.
Pernikahan pun tiba. Pangeran tidak tahu menahu bahwa rupa Cinderella yang berada di hadapannya ternyata adalah Anastasia yang disihir oleh ibu peri. Saat Anastasia harus berkata "I do" di hadapan pastur dan rakyat, dia malah berkata "I don't". Karena ia sadar, pangeran tidak benar-benar mencintainya. Pangeran hanya berada di bawah pengaruh sihir sehingga cinta dengan Anastasia.
Kemudian Anastasia mengaku bahwa ia bukanlah Cinderella. Ia dengan rendah hati memohon maaf dan memberikan Cinderella apa yang menjadi haknya.
Cerita ini ditutup dengan akhir yang manis, yaitu kembalinya Cinderella dengan pangeran sebagai sepasang pengantin.
Saat umurku tak lebih dari tujuh tahun, aku memandang film ini sebagai hiburan semata, dan terus menunggu apakah ada versi selanjutnya.
Namun saat aku kembali dihadapkan dengan film ini pada usia sekarang, ada beberapa hal yang sungguh bagus maknanya jika kita telaah. Film ini sungguh memiliki pesan moral yang indah.
Yang pertama, membunuh kebahagiaanku demi kebahagianmu.
Ini salah satu hal yang sangat menarik perhatian dan perasaanku, saat Anastasia dengan kesedihan pada raut wajahnya berusaha menyatukan kedua tangan pangeran dengan tangan Cinderella. Anastasia ingin mereka bersatu, padahal menikahi sang pangeran adalah impian terbesarnya sejak semula.
Dengan berbuat demikian, Anastasia merasa lega. Ia turut merasakan kebahagiaan, karena akhirnya kedua belah pihak menemukan cinta sejatinya.
Kadang, kebahagiaan bukan selalu berarti kita mendapatkan sesuatu yang membuat hati kita senang, namun kebahagiaan juga berarti membiarkan orang lain mendapatkan kebahagiaannya.
Memang rasanya sedih dan sangat tidak rela saat keinginan kita harus dipangkas oleh keinginan orang lain. Tapi kita harus sadar, apakah keinginan kita berpotensi untuk menyakiti orang lain? Apakah jika keinginan kita terwujud, akan ada pihak yang dirugikan?
Mungkin suatu hari kita harus mengalah, merelakan hak orang lain (yang kita ingini) untuk tetap menjadi haknya, karena memang itu porsi mereka. Porsi kebahagiaan kita pun ada, dan meninggalkan kebahagiaan yang kita miliki demi mencuri kebahagiaan orang lain adalah suatu cara yang bodoh.
I know we can find our own happiness!
Yang kedua, apa sih rasanya bahagia?
Coba pikirkan, bagaimana sih rasanya bahagia menurut kamu?
Beli mobil baru? Menurutku biasa aja tuh. Dapet VR atau PS terbaru? Menurutku juga biasa aja. Aku pribadi merasa bahagia kalau bisa ketemu Zac Efron dan Niall Horan. Apakah kamu juga akan merasakan kebahagiaan yang sama sepertiku saat bertemu dengan mereka?
Mencapai sesuatu yang membuat kita melompat kegirangan belum tentu menebarkan senyum pada orang lain saat mereka mengalami hal yang serupa.
Ingat, hati kita diciptakan berbeda beda. Perasaan senang, marah, tersinggung, bosan dan sedih juga berbeda. Maka dari itu, jangan samakan kebahagiaan orang lain dengan kebahagiaan kita.
Mungkin saat kita melihat kehidupan orang lain yang terlihat jauh lebih indah, kita lantas berpikir bahwa hidup tidak adil. Padahal, orang tersebut bisa saja berpikir demikian akan hidup kita.
Orang dengan rambut keriting ingin memiiki rambut lurus. Orang dengan rambut lurus selalu menggulung rambutnya agar menjadi keriting. Manusiawi. Kita selalu menginginkan apa yang tidak kita miliki, dan lupa bahwa apa yang kita miliki sekarang mungkin menjadi bagian dari doa segelintir orang untuk menjadi miliknya.
Jangan iri hati… celoteh kebanyakan orang. Mudah sekali untuk dikatakan. Namun untuk merealisasikannya? Kau tahu sendiri jawabannya.
Rasa iri itu juga manusiawi, kamu bukan manusia kalau tidak pernah iri. Aku pun sering merasa iri. Tapi aku juga sadar, aku tidak harus iri berlarut-larut bukan? Iri juga ada manfaatnya. Dengan iri, kamu menjadi terpacu untuk menjadi lebih baik, agar nantinya setara dengan orang tersebut.
Setelah menyaksikan dan menarik kesimpulan atas film ini, aku sadar bahwa terkadang pelajaran berharga bisa datang dari mana aja, bahkan dari hal hal kecil yang mungkin tidak kita anggap penting. Mulai sekarang bisa sempatkan juga melirik ke sekeliling kita, melihat dan mengobservasi, karena pelajaran tidak hanya datang dari hal-hal yang besar, namun juga hal-hal yang sederhana.
Dan ingat, jangan jadikan rasa iri sebagai batu sandungan untuk jatuh dan tidak bersemangat, apalagi sampai mengacaukan kebahagiaan orang lain. Ingat, kebahagiaan kita diciptakan berbeda-beda. Apa yang membuatnya bahagia belum tentu membuat kita sebahagia itu.
Kebahagiaan bukan melulu berarti menerima sesuatu, tapi juga membiarkan orang lain menerima kebahagiaanya.
Dan itu mengingatkanku akan sebuat quote dari Miss Merry Riana yang isinya " Jadilah pensil yang bisa menuliskan cerita bahagia, jadilah penghapus yang bisa menghilangkan kisah sedih "
 
 
 
 
        



DISCLAIMER:

Pikirkan kelestarian lingkungan sebelum mencetak email ini.

Perhatian: Email ini (termasuk lampirannya) hanya ditujukan kepada penerima email yang tercantum di atas dan tidak boleh disalahgunakan oleh siapa pun. Jika Anda bukan penerima email yang dimaksud, Anda tidak diperkenankan mem-forward, mendistribusikan, menyebarkan, meminjamkan, mencetak, menggandakan, atau memanfaatkan email ini.

 

Menggugah gagasan, merefleksikan pemikiran dan menerobos relung harapan