Translate to : English French German Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Chinese Simplified

Benarkah Ada Hukum Tabur Tuai ??

Senin, 20 Oktober 2014

Banyak orang yang suka berkata akan hukum tabur tuai. Saat kita menabur yang baik akan menghasilkan yang baik begitu juga sebaliknya. Kata sakti ini juga sering disampaikan para motivator, coach, mentor, atasan dan tokoh-tokoh agama. Maksudnya sih baik agar kita semua sadar untuk tidak melakukan hal-hal negatif.  Ada juga motivator yang dalam menyampaikan isi seminarnya kerap menggunakan istilah tersebut dengan harapan agar para peserta bergegas menancapkan istilah itu agar bisa diterapkan sehingga tidak sia-sialah kerja sang motivator. Itu sih boleh-boleh saja dan jika setiap orang sadar akan hukum tabur tuai tersebut pastilah dunia akan semakin indah. Tidak ada lagi kejahatan, tidak ada lagi saling iri, tidak ada lagi kecemburuan sosial, tidak ada lagi saling menjatuhkan dan sebagainya. Betapa damai dan bahagianya kita. Tapi apakah hal itu sepenuhnya dijalankan ?. Saya yakin setiap orang baik yang pernah dicekoki  hal itu oleh para motivator ataupun nasehat dari orangtuanya  harusnya tahu. Tapi kenyataannya banyak yang lupa atau pura-pura lupa sehingga rumus sakti itu tidak dijalankan. Buktinya adalah disekeliling kita masih terlihat banyak kejahatan, korupsi, kesewenang-wenangan, kemunafikan dan kekacauan. Mereka tidak sadar bahwa apa yang mereka lakukan itu sangat merugikan masyarakat. Inilah ironi kehidupan kita.

Tapi istilah tabur tuai ada yang terbaik loh. Kita menabur kebaikan tapi menuai keburukan. Koq bisa ? Kan teorinya menabur kebaikan akan menuai kebaikan.  Ternyata teori itu terbantahkan. Begini kisah nyatanya. DI belakang rumah, saya menanam 10 pohon singkong. Setiap hari pohon tersebut saya siram agar tumbuh dengan baik. 6 bulan berlalu pohonnya tumbuh dengan subur dan sebentar lagi saya akan menjadi petani singkong yang memanen hasil  dengan baik. Tapi apa yang terjadi ? Kemarin saya melihat 7 pohon singkong tersebut telah tumbang dicabut dan umbi singkongnya telah raib. Ternyata ada orang yang berbaik hati membantu menyabut pohon singkong tersebut. Niatnya sih mulia agar saya tidak perlu capek-capek memanen. Tapi mungkin ia lupa atau sedang kelaparan sehingga singkong tersebut tidak diserahkan ke saya. Saya hanya melihat sisa-sisa singkong yang telah dibakar dan pastinya mereka telah usai berpesta singkong bakar. Waw rasanya pasti enak. Ya, mereka enak tapi saya enek. Bayangkan setiap hari menyiram air, merawat pohon ( ini kan menabur kebaikan ya), tapi hasilnya diambil orang lain ( di tuai orang lain). Jadi rumus menabur bibit singkong tapi menuai kekecewaan. Sementara si pemetik singkong, kan tidak pernah menabur tapi langsung menuai.  Jadi teori hukum tabur tuai itu sih tidak sepenuhnya betul. Jadi Anda jangan mentah-mentah terpesona oleh teorinya sang motivator ya. Mungkin Anda pernah juga mengalami hal yang serupa. Misalnya hidup Anda penuh kebaikan, Anda tidak pernah menipu orang lain, tapi suatu saat Anda tertipu orang lain. Nah itu kan teori yang terbalik juga kan. Jadi bagaimana sebenarnya teori yang benar ?? Ah pusing, tanyakan saja kepada rumput yang bergoyang. Loh koq  gak nanya ke motivator ? Bebas sih, mau nanya ke siapa saja. Tapi inilah kehidupan apa yang kita harapkan tidak selalu terwujud. Saya harapkan akan panen singkong tapi tidak tercapai. Ya paling gampang sih, ke pasar, beli aja singkong dan buatlah singkong bakar. Praktis, ga perlu capek-capek menyiram dan tidak perlu sakit hati.  Tidak perlu tabur tuai kan. Betul gak ??

 

 


::BCA::=>

0 komentar:

Posting Komentar

Menggugah gagasan, merefleksikan pemikiran dan menerobos relung harapan