Translate to : English French German Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Chinese Simplified

Revolusi Mental

Rabu, 29 Oktober 2014

Ya, revolusi mental merupakan slogan yang banyak dibicarakan karena merupakan salah satu strategi pemenangan Presiden dan Wakil Presiden Indonesia periode 2014-2019. Apa sih sebenarnya revolusi mental.  Dalam pembangunan bangsa, saat ini kita cenderung menerapkan prinsip-prinsip paham liberalisme yang jelas tidak sesuai dan kontradiktif dengan nilai, budaya, dan karakter bangsa Indonesia. Sudah saatnya Indonesia melakukan tindakan korektif, tidak dengan menghentikan proses reformasi yang sudah berjalan, tetapi dengan mencanangkan revolusi mental menciptakan paradigma, budaya politik, dan pendekatan nation building baru yang lebih manusiawi, sesuai dengan budaya Nusantara, bersahaja, dan berkesinambungan.

Penggunaan istilah ”revolusi” tidak berlebihan. Sebab, Indonesia memerlukan suatu terobosan budaya politik untuk memberantas setuntas-tuntasnya segala praktek-praktek yang buruk yang sudah terlalu lama dibiarkan tumbuh kembang sejak zaman Orde Baru sampai sekarang. Revolusi mental beda dengan revolusi fisik karena ia tidak memerlukan pertumpahan darah. Namun, usaha ini tetap memerlukan dukungan moril dan spiritual serta komitmen dalam diri seorang pemimpin—dan selayaknya setiap revolusi—diperlukan pengorbanan oleh masyarakat.

Nah bagaimana kita menyikapinya ? Sudah siapkah kita juga merevolusi mental kita ? Tidak perlu motivator top yang mendorong Anda untuk bergerak tapi diri Anda sendirilah yang harus memutuskan untuk menjalani revolusi mental. Lah Presiden saja sudah melakukan, kog  kita sebagai rakyat tidak menjalankannya.

Contoh paling sederhana tentang revolusi mental adalah  tentang sampah. Anak saya, Darren Jeffian ( 18 tahun) yang bersekolah di Singapura telah menunjukkan contoh yang membuat saya tersipu malu. Siang itu kami bersantap di Burger King,  Bugis Junction, Singapura. Usai menikmati burger dan coca-cola, maka Darren merapikannya, lalu membawa sisa kertas dan gelas beserta nampannya ke tempat piring kotor. Selain itu ia juga memungut tissue kotor yang terjatuh, lalu memasukkannya ke tempat sampah. Darren mungkin hanya mendengar sekilas revolusi mental tapi ia menjalankannya mulai dari hal kecil. Sekarang coba periksa diri Anda masing-masing. Saat  usai makan di food court apakah Anda langsung pergi, atau membantu mengangkat sisa-sisa makanan – minuman dan menaruhnya di tempat piring kotor. Lalu jika Anda menjatuhkan tissue apakah mau memungutnya dan membuang ke tempat sampah atau Anda biarkan saja atau bahkan sengaja membuang sembarangan?. Ayo sekarang waktunya kita merevolusi mental kita dalam segala hal. Ingat perubahan besar awalnya dari perubahan kecil. Perubahan kecil harus dimulai dari hal kecil yang ada pada diri Anda masing-masing. Dimulai dengan lingkungan keluarga dan lingkungan tempat tinggal serta lingkungan kerja dan kemudian meluas menjadi lingkungan kota dan lingkungan negara  Sehingga arti revolusi mental benar-benar bisa kita wujudkan bersama agar negri kita bisa lebih baik lagi. Jika kita tidak mau memulainya  maka istilah revolusi mental itu hanya berupa istilah saja atau berupa impian belaka. Siap untuk menjalankan revolusi mental ????

 

 


::BCA::=>

0 komentar:

Posting Komentar

Menggugah gagasan, merefleksikan pemikiran dan menerobos relung harapan